Thursday, September 12, 2013

Mimpi dan Impian

Diposkan oleh Nizha di Thursday, September 12, 2013


Mimpi, impian, dua kata yang terdengar sama tapi maknanya bisa berbeda.
Di satu sisi mimpi sering diucapkan ketika seseorang tengah tidur dan memutar bayangan di otaknya, bayangan itu berupa pikiran yang selalu nyangkut di otak kita selama beberapa hari atau sebelum tidur, bisa juga tentang suatu pertanda yang gak jelas apa artinya (kata orang zaman dahulu). Mimpi sering disebut sebagai bunga tidur.

Nah kalo impian?

Impian sering diucapkan ketika seorang anak kecil ditanya "Cita-citanya jadi apa dek?"
Rata-rata anak kecil pun menjawab "Dokter!" "Polisi!" "Pilot!" "Guru!" dan lain-lain.
Ketika anak remaja ditanya mengenai impian, "Mau jadi apa lo?"
Rata-rata remaja menjawab "Pengusaha" "Orang kaya" "Orang sukses" "Orang terkenal" dan lain sebagainya. Ada juga yang menjawab dengan serius "Reporter" "Penulis" "Pengacara" "Jaksa" dan lain sebagainya.
Ketika mahasiswa tingkat akhir ditanya "Habis wisuda mau kemana?"
Rata-rata mahasiswa tingkat akhir dengan skripsi menjawab "Diselesain dululah S1-nya, ntar mikir lagi."
Pas udah wisuda ditanya lagi "Eh mau ngelamar dimana?"
Wisudawan pun menjawab "PNS", "Nyari lowongan CPNS", "Ngelamar di Bank A", "Coba dulu deh di Finance B", "Ah ada usaha bokap, gue tinggal nerusin aja.", "Nunggu koneksi", "Nggak tau....".
Kemana yah jawaban-jawaban kecil yang dulu? Impian-impian yang diucapkan oleh anak-anak kecil dan remaja dulu? Coba lihat saja ketika seseorang sudah dewasa, berapa persenkah orang yang profesinya sama dengan jawaban cita-citanya terdahulu?

Cerita pengalaman pribadi dulu deh.
Sewaktu kecil gue ditanya "Cita-citanya mau jadi apa?"
Gue bingung juga jawab waktu masih kecil. Ketika teman-teman gue jawab guru, dokter, pilot, polisi, dan lain-lain, gue udah ngebayangin duluan. 

Kalo jadi guru, gue takut nggak bisa ngajar orang-orang. Kalo gue salah ngajar gimana? Belum lagi jadi guru kelihatan ribet banget, kok bisa yah guru-guru bikin soal untuk kita jawab?

Kalo jadi dokter? Ogah... Ntar kalo gue salah meriksa orang gimana? Terus orang itu nggak sembuh-sembuh atau mati gimana? No!

Jadi polisi/polwan? Gue nggak mau ketembak. Naudzubillah...

Dan lain-lain... Jadi gue juga udah lupa sih sering jawab apa waktu masih kecil. Hehehehe.

Kelas 5 SD gue kenal Harry Potter. Gue ngefans banget ama novelnya terutama. Si JK Rowling tuh hebat banget sih bikin cerita, ampe ketagihan gue. Belum juga bahasa tulisannya tuh bisa bikin gue terhanyut ketika baca novelnya. Hebat, gue ngefans JK Rowling!! Apalagi setelah gue baca buku 1-4 nya, gue kagum. Kok bisa ya dia bikin cerita 1-4 nih nyambung banget. Dari situlah gue belajar buat cerpen/novel. Yah yang sederhana lah, dan gue memutuskan untuk jadi penulis!

Selain itu juga zaman gue kelas 5-6 SD itu gue suka banget baca komik (sampe sekarang juga suka) dan gue sering banget ikut lomba menggambar dan mewarnai dari kecil. Saking gue seneng baca komik, gue bikin komik sederhana di buku tulis gue, terus gue pinjemin ke teman-teman sekelas gue waktu SD. Lumayan, komik gue bisa menghibur juga, meskipun gambar gue juga nggak bagus-bagus amat. Mama bilang gue punya bakat menggambar, dan gue bisa jadi arsitek sama kayak om gue. Dari situ gue punya dua cita-cita, yaitu penulis dan arsitek!

Masuk SMP. Gue seneng banget dengerin curhatnya orang, dan gue tertarik banget untuk mengenal karakteristik dan sifat orang. Ditambah ketika ikut tes IQ, gue katanya berbakat jadi Psikologi. Akhirnya gue memutuskan akan menjadi psikologi ketika itu. Wah nambah banyak cita-cita gue.

Di SMP juga gue belajar Agama Islam lebih dalam, dan gue semakin tertarik untuk jadi guru Agama Islam. Okeh, cita-cuita gue nambah banyak.

Masih SMP, gue senang banget nge-MC atau ngomong di depan umum. SMP gue ikut banyak kegiatan yang membuat gue sering berhadapan dengan banyak orang. Gue juga pernah jadi utusan SMP gue untuk promosiin SMP gue ke anak-anak SD sebelah. Gue seneng banget ngomong di depan banyak orang. Selain itu juga gue seneng nyusun kata-kata. Gue jadi punya cita-cita baru, yakni reporter atau pembaca berita atau jurnalistik atau wartawan. Pokoknya yang berhubungan dengan communicate with other people and writing.

Wah SMP tuh gue punya banyaaaaak banget cita-cita.

Masuk SMA gue pindah dari Jawa ke Sulawesi. Sebelumnya gue pernah tinggal di kota itu, tapi yah gue harus balik lagi. Kelas 3 SMA waktunya untuk kita milih universitas dan jurusan apa yang diminati.
Gue balik ke cita-cita sebelumnya. Gue masih berniat untuk jadi penulis, tapi apakah jadi penulis bisa bikin gue sukses dan kaya?
Gue udah nggak mau jadi arstitek, karena ternyata ribet banget jadi arsitek. Ribet banget.
Jadi pembawa acara? Kayaknya nggak deh, harus banyak dandan, gue nggak senang dandan. 
Jadi reporter? oke masih menarik. 
Wartawan? Gue nggak pengen dipukul ketika wawancara atau meliput berita.
Editor atau Jurnalistik? Boleh boleh...
Guru Agama? Boleh juga.
Psikologi? YES!

Banyak universitas yang menawarkan berbagai jurusan dan fakultas yang membuat gue tergiur. Terutama jurusan Psikologi, Komunikasi, dan sastra Bahasa Indonesia. Tapi karena keadaan finansial yang nggak memungkinkan, gue nggak bisa mencapai impian itu. Karena itu berarti gue harus kuliah di Jawa, yah biaya mahal cuy. Sementara gue nggak mau masuk jurusan sastra dan ilmu agama Islam di Sulawesi. Kalo ngambil dua jurusan itu, harus di Jawa. Psikologi dan Komunikasi nggak ada di kota yang gue tempati.
Kemudian karena satu dan lain hal akhirnya gue kuliah di kota yang mungkin agak lebih kecil daripada kota yang waktu itu gue tinggal. So... gue nyari jurusan dimana ada orang yang gue kenal, biar gue nggak ngerasa asing-asing banget. Dipilihlah Jurusan Teknik Informatika, dimana gue nggak pernah kepikiran sama sekali bakal nyemplung ke bidang komputer. Bisa dibilang gue udah kenal komputer dari kecil, dan gue pikir masuk sini juga bisa jadi kesempatan bagus untuk dapet ilmu banyak. Nggak nyangka aja ternyata kuliah di Teknik Informatika itu ternyata suliiiiitttt banget. Sangat sulit.

Semester tiga kayaknya gue mau nyerah deh, tapi gue harus bertahan, daripada gue ngulang?
Tapi Alhamdulillah selama gue kuliah, gue belum pernah ngecewain bonyok dengan nilai-nilai gue. Gue rasa gue bisa beradaptasi dengan baik di bidang ini. Apalagi ketika nyusun skripsi, perjuangannya, Oh My God.... Nggak bisa berkata-kata. Alhasil lulusan yang berhasil lulus di angkatan gue hanya ada 20% dari jumlah teman-teman yang ngontrak skripsi pada waktu itu, salah satunya adalah gue. Sekarang Alhamdulillah gue udah meraih gelar S.SI (Sarjana Sistem Informasi).

Setelah gue dapat gelar, gue mikir. Ngapain lagi yah...?
Kejar duit atau kejar ilmu? Karena kemampuan finansial gue yang nggak oke-oke amat, gue tadinya milih ngejar duit. Tapi setelah dapat tawaran menarik buat belajar lagi ke jenjang berikut untuk nantinya akan dibagikan kepada orang-orang (artiin sendiri aja), oke juga sih... Gue seneng nambah ilmu, Allah senang dengan orang-orang yang mencari ilmu. Dan gue pikir... Gue ambil itu aja.

Tapi.... ini baru permulaan, gue nggak tau apakah gue bisa bertahan atau nggak. Apakah gue bisa berhasil atau nggak. Apakah gue bakal pindah haluan atau nggak.

Intinya bos, impian!!
Dibilang lucu juga, impian gue bermacam-macam dari kecil hingga besar. Gue berharap salah satu dari mimpi itu bisa terwujud. Tetapi ternyata nggak ada satupun dari impian gue yang gue jualanin. Apa yang gue raih sekarang bukanlah merupakan impian gue. Tetapi... apa yang gue raih sekarang adalah prestasi terbaik yang pernah gue punya.

Gue masih suka berpikir, andaikan gue dulu masuk sastra, mungkin gue bsa melamar jadi editor. Andaikan dulu gue banyak berusaha buat dapat beasiswa, mungkin gue bisa masuk psikologi atau komunikasi yang merupakan impian gue. Tapi ternyata Allah berkehendak lain, mungkin ini jalan yang terbaik untuk gue jika gue berusaha.

Seseorang pernah bilang sama gue "Terkadang jalan hidup kita yang sesungguhnya bukanlah dari jalan hidup yang kita inginkan." Yah mungkin benar kata dia. Acungin jempol deh buat yang ngasih kata-kata.

Memang benar impian gue hanya bisa jadi mimpi buat gue, bunga tidur, bunga kehidupan. Mimpi itu bukanlah hal yang nyata. Mimpi hanya terjadi di dalam pikiran kita, dan bermain ketika kita sedang tertidur. Tetapi Impian sebenarnya bisa dicapai jika kita berusaha. Tetapi ketika impian itu berubah menjadi mimpi, maka jalani saja apa yang sedang dijalani saat ini. Biarlah mimpi itu akan menjadi penghias tidur kita ketika kita terbaring lelap, atau biarlah mimpi itu menjadi penghias kehidupan kita. Kita bisa menjalani mimpi itu sebagai kehidupan sampingan kita, sebagai penghias, sebagai bunga.

Okeh buat kalian yang lagi bingung dengan mimpi dan impian, nggak usah khawatir. Jalani apa yang ada di depan, ambil segala kesempatan yang ada untuk jadi yang terbaik.

:))

0 komentar:

Post a Comment

//
 

Nizha's Room Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review