Wednesday, November 13, 2013

My Superhero Daddy

Diposkan oleh Nizha di Wednesday, November 13, 2013
Baru saja aku mendengar cerita tentangmu dari pamanku.
Cerita tentangmu-papa-ketika masih muda.
Pamanku sudah lama mengenal papa sejak masih SD.
Ketika sekolah, papa ikut pramuka.
Hal ini juga sudah ku ketahui sebelumnya karena papa sering bercerita.
Papa pintar, aktif, sering berorganisasi, banyak disukai orang.
Tidak hanya pada masa sekolah.
Pamanku berkata, ketika kuliah, papa memiliki nilai-nilai yang bagus.
Padahal papa masuk di jurusan yang sulit pada waktu itu, yakni Teknik.
Mungkin aku masuk Teknik juga karena memiliki minat yang sama dengan papa.
Papa aktif di organisasi pada saat kuliah, itu kata paman.
Tapi papa adalah senior yang 'baik hati' pada masa itu, kata paman.
Papaku yang hebat dan pintar, kemudian berhenti kuliah, inilah yang ku ketahui.
Pada saat itu papa memang memilih bekerja, dibandingkan kuliah.
Hal inilah yang menjadi pelajaranku.

Ketika itu papa juga bertemu dengan mama, adik dari pamanku.
Meski dari kecil papa sudah kenal dengan pamanku,
tapi mama dan papa saling mengenal ketika mereka sudah beranjak dewasa, itulah kisah mereka.
Mama dan papaku kemudian memiliki aku setelah menikah.
Setelah memiliki aku, mereka kemudian memiliki adikku, tiga tahun setelah aku lahir.
Karir papa semakin menanjak.
Kami selalu mengikuti papa.
Papa pindah, kami pindah.
Papa menanjak, kami juga ikut menanjak.
Bahkan papa pulang tengah malam setiap hari, demi kami.
Sekali-sekali mungkin aku protes,
tapi ketika akhir minggu tiba, kami senang sekali, karena papa selalu pulang cepat.
Papa selalu menghabiskan waktunya bersama kami setiap akhir minggu.

Papa selalu menuruti semua permintaan aku dan adikku,
karena papa ingin menebus rasa bersalahnya pada kami yang jarang menemani kami.
Papaku sibuk, tapi aku sayang papa.
Papa paling jarang marah, kataku.
Aku juga sering merindukannya ketika ia bekerja.
Papa selalu mencium kening kami jika kami tidur.
Kenapa aku bisa tahu?
Karena sering sekali aku terbangun ketika ia melakukannya.
Tetapi aku berpura-pura tidur.
Selalu begitu, hingga saat ini.
Mungkin beliau tidak tahu akan hal itu.

Aku tidak tahu sejak kapan, bahkan aku tidak pernah tahu.
Ternyata papa jenuh dengan pekerjaannya.
Aku mengira bahwa papa yang sering pulang tengah malam,
senang dengan pekerjaannya.
Tetapi ternyata papa telah jenuh dengan pekerjaan yang telah digelutinya selama bertahun-tahun itu.
Aku tidak pernah tahu.
Sampai papa berniat melepaskannya.
Papa jatuh, begitu pula dengan kami.
Papa jatuh, tapi papa masih memiliki kami sebagai semangatnya.
Papa jatuh, tapi kami selalu bisa menopang semangatnya.

Tidak memiliki hal yang dilakukan selama bertahun-tahun,
membuat keluarga kami mulai berkeluh kesah.
Tetapi papa sabar, dan beliau yakin, akan ada jalan suatu saat nanti.
Tidak peduli di saat apapun, kami mendampinginya.
Mungkin di depan kami, tidak ia perlihatkan.
Tetapi aku tahu, di belakang kami hal itu semakin menjadi beban pikirannya.
Dia selalu terpikir akan hal itu.
Aku memang peka, selalu peka.
Sebisa mungkin diriku sebagai anak tertua, harus bisa mandiri.
Tetapi kami kadang lepas kontrol dan ingin menyalahkan seseorang.
Di depan kami-anak-anaknya-tidak ia perlihatkan.
Tetapi aku tahu dia berusaha keras berpikir, untuk keluar dari kesulitan.
Tak peduli di saat apapun, papa tetap memiliki kami.
Papa jatuh, kami juga jatuh, tak akan pernah lari sendiri, selalu bersama.

Setelah kurang lebih delapan tahun bersabar, akhirnya kesulitan itu menemui jawabannya.
Meskipun kecil, dan tidak sebesar sebelumnya,
meskipun sulit, dikarenakan tubuhnya yang tidak sekuat dulu,
meskipun sulit, karena ini memang berat,
tetapi kita mendapatkan jawabannya.
Membawa taksi bukanlah hal yang mudah bagi pria berusia 49 tahun.
Tapi itu adalah jawaban yang kita tunggu.
Alhamdulillah...
sorak sorai kami.

Awalnya mudah dikerjakan, tetapi aku tahu papa sudah tidak muda lagi.
Papa bukanlah seorang pramuka yang dulu mencapai kejayannya.
Papa bukanlah pimpinan organisasi semasa sekolah dan kuliah dulu.
Papa bukanlah senior yang disegani dahulu.
Papa bukanlah seorang kepala seperti pekerjaannya dulu.
Papa sudah tidak lagi berumur 30an, bahkan kini sudah 50an.
Umur demikian memang rentan dengan berbagai penyakit.
Pekerjaan papa memanglah berat.
Kesehatan papa tidaklah sekuat dahulu dengan pekerjaan berat itu.
Tapi papa, aku tahu, selalu berusaha untuk kami.
Seberat apapun itu, ia adalah kepala keluarga kami.
Papa adalah kepala keluarga kami.
Papa adalah imam untuk mamaku, aku, dan kedua adikku.

Banyak hal yang keluarga kami telah lalui.
Kami tahu itu tidaklah mudah.
Tapi mungkin akan lebih sulit lagi jika bukan papa-lah sebagai kepala keluarga kami.
Kau adalah superhero di masa dahulu.
Hingga kini kau tetaplah superhero.
Kau adalah superhero kami, our superhero daddy, and my superhero daddy.
I love you, and Mom too.
I'll do the best for both of you :) :)

3 komentar:

  1. Sangat mengharukan :')
    Papa is the best! :')

    ReplyDelete
  2. BROKER AMAN TERPERCAYA
    PENARIKAN PALING TERCEPAT
    - Min Deposit 50K
    - Bonus Deposit 10%** T&C Applied
    - Bonus Referral 1% dari hasil profit tanpa turnover

    Daftarkan diri Anda sekarang juga di www.hashtagoption.com

    ReplyDelete

//
 

Nizha's Room Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review